Mengapa QRIS Menguat dan Pengaruhnya terhadap Politik di Amerika
QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) kini bukan sekadar alat pembayaran digital—ia telah menjelma menjadi simbol kemandirian ekonomi digital Indonesia. Sejak diluncurkan oleh Bank Indonesia pada 2019, QRIS terus mengalami pertumbuhan signifikan dalam jumlah pengguna, volume transaksi, hingga ekspansi ke pasar internasional. Namun, di balik keberhasilannya, tersimpan gejolak baru: kepanikan perusahaan global seperti Visa dan Mastercard, protes dari Amerika Serikat, dan bahkan perebutan politik di tingkat lokal.
QRIS: Dari Pasar Tradisional ke Lintas Negara
QRIS awalnya ditujukan untuk memudahkan transaksi di level UMKM dan pedagang kecil. Tapi kini, QRIS telah berkembang melintasi batas domestik. Ekspansi QRIS lintas negara seperti kerja sama dengan Thailand, Malaysia, dan Singapura membuat pembayaran antarnegara menjadi semudah scan kode.
Menurut data Bank Indonesia (2024), per Maret 2025 terdapat lebih dari 40 juta merchant yang menerima pembayaran QRIS, dengan volume transaksi bulanan mencapai Rp30 triliun. Angka ini tentu mengundang perhatian—terutama dari pemain lama seperti Visa dan Mastercard.
Visa & Mastercard Mulai “Gerah”
Selama puluhan tahun, Visa dan Mastercard mendominasi sistem pembayaran elektronik global. Namun, kehadiran QRIS dan semangat nasionalisme digital yang dibawanya mulai mengancam dominasi mereka, khususnya di Asia Tenggara.
QRIS menawarkan keunggulan biaya transaksi rendah, tidak perlu alat EDC mahal, dan langsung terkoneksi ke rekening bank atau dompet digital lokal. Bagi pelaku usaha kecil, ini lebih menarik daripada skema kartu kredit yang seringkali membebani dengan biaya merchant fee hingga 2–3%.
Situasi ini mendorong kekhawatiran dari raksasa finansial global. Beberapa laporan media internasional menyebutkan bahwa Visa dan Mastercard tengah melakukan pendekatan diplomatik dan lobi terhadap pemerintah-pemerintah Asia untuk mengatur ulang dominasi sistem pembayaran lokal yang dinilai “tidak cukup inklusif” secara global.
Amerika Protes? Ada Apa di Balik Layar?
Pemerintah Amerika Serikat melalui USTR (United States Trade Representative) sempat menyuarakan kekhawatiran atas sistem pembayaran digital domestik seperti QRIS. Mereka menilai sistem ini berpotensi menjadi hambatan bagi pelaku industri keuangan asing untuk bersaing secara adil di pasar Indonesia.
Tudingan ini tentu mengundang tanya. Apakah protes ini murni soal keadilan dagang, atau justru bentuk kekhawatiran kehilangan kendali atas arus transaksi keuangan yang sebelumnya dikendalikan perusahaan Amerika?
Kontrol Negara dan Kekhawatiran Privasi
QRIS tak luput dari sorotan politik. Beberapa politisi menilai QRIS bisa menjadi alat monopoli sistem pembayaran oleh pemerintah. Karena semua transaksi terekam, ada kekhawatiran soal pengumpulan data berskala besar dan potensi penyalahgunaan informasi pribadi. Meski bermanfaat untuk transparansi dan efisiensi, sebagian pihak mendesak adanya regulasi ketat untuk menjaga privasi dan mencegah dominasi kekuasaan lewat infrastruktur keuangan digital ini.
Solusi Digitalisasi Bisnis dari Nawatara Tech
Buat kamu yang pengen punya website tapi nggak mau ribet, MauWebBisnis dari Nawatara Tech siap bantu! Kami bikin website yang profesional, cepat, dan gampang dikelola. Mulai dari Landing Page sampai Website Sistem Otomatis, semua bisa disesuaikan dengan kebutuhan bisnis kamu.
Jadi, daripada terus-terusan terjebak di marketplace, lebih baik ambil langkah besar buat punya website sendiri. Saatnya bisnis kamu lebih stabil, lebih untung, dan lebih siap bersaing!
Bangun website profesional yang bukan hanya cepat dan menarik, tapi juga didukung strategi digital marketing lengkap untuk meningkatkan traffic dan penjualan bisnismu!
MauWebBisnis dari NawaTara Tech menawarkan layanan Website Profesional #1, mulai dari Landing Page hingga Website Sistem Otomatis yang dirancang untuk meningkatkan visibilitas dan konversi bisnismu.
Baca Juga: Robot yang Banyak Digunakan untuk Improvement di Industri
Berlangganan Saluran WhatsApp: WA Channel
Join Community Sekarang: Nawatara Community
Post Comment